22.7.08

Profesi Guru : Ya atau Daripada Tidak

Profesi Guru : Ya atau Daripada Tidak

Hari ini saya menerima sebuah email perkenalan dari seseorang. Si R, saya sebut saja begitu, rupanya telah mengunjungi blog saya dan melihat sekilas tentang profil saya. Rupanya, apa yang saya tulis di profil tersebut ”menggugahnya” untuk menulis sebuah email perkenalan. Di emailnya, R menulis memang lucu karena saya dari jurusan Teknik lalu kemudian nyasar jadi guru TK. Lebih lanjut, dia mengatakan memang di Indonesia susah mendapatkan pekerjaan sesuai dengan bidang, jadi disyukuri saja-lah.

Well, saya merasa perlu untuk membalas email tersebut dan memberikan sedikit ”klarifikasi”. Kemudian, sayapun menulis email jawaban yang secara garis besar berisi bahwa saya menjadi guru bukan karena tidak ada pekerjaan lain atau dengan kata lain daripada tidak ada pekerjaan karena sebelumnya saya sudah pernah bekerja di sebuah perusahaan konstruksi di Jakarta dan saya juga sempat mendapatkan beberapa tawaran pekerjaan yang sesuai dengan jurusan saya saat saya akan kembali ke Surabaya. Namun, saya MEMILIH untuk menjadi guru.

Saat menulis email tersebut, saya jadi teringat pada cerita adik saya yang saat ini sedang menempuh pendidikan di FKIP (Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan) dimana lulusannya dipersiapkan untuk menjadi seorang guru. Alkisah, seringkali pada pertemuan pertama dosen akan bertanya dari semua mahasiswa yang ada di kelas tersebut, siapa yang ingin menjadi guru diharap angkat tangan. Boleh percaya boleh tidak, dari sekitar 20 mahasiswa dalam satu kelas, yang mengangkat tangannya hanya 2 orang (tentu saja salah satunya adalah adik saya....
Sampai-sampai sang dosen kembali bertanya : ”Am I in the right class? Ini kelas FKIP khan?. Kembali saya mendapat satu indikasi lagi bahwa profesi guru saat ini belum menjadi suatu PILIHAN. Banyak mahasiswa yang mengambil program di FKIP hanya karena keterpaksaan atau seperti yang saya tulis sebagai judul di atas, daripada tidak kuliah. Berarti akan banyak pula orang yang menjadi guru karena ”terpaksa” dan bukannya karena panggilan atau pilihan sendiri.

Satu hal lagi, yang ini saya alami sendiri. Entah sudah berapa banyak orang yang selalu bertanya mengenai background pendidikan saya, kemudian menyuguhkan wajah ”bingung” dan melontarkan pertanyaan ”Mengapa?” saat mengetahui bahwa saya adalah lulusan jurusan teknik sipil namun sekarang menjadi seorang guru apalagi guru TK. Mereka bertanya, apakah tidak sayang jika saya kemudian menjadi guru TK. Belum lagi gaji seorang guru tentulah SANGAT JAUH BERBEDA bila dibandingkan dengan gaji seorang asisten project manager.

Well, saya cuma bisa berkata, saya mendapatkan kepuasan lain disamping gaji dan itu memang yang saya cari. Klise? Mungkin. Tapi memang kadang hal yang sebenarnya selalu terkesan klise. Bagi saya selama saya melakukan pekerjaan saya dengan rasa senang dan enjoy, maka hal lain akan datang dengan sendirinya. Terbukti, sampai sekarang saya masih bisa menghidupi diri saya

Tiga hal di atas membuat saya semakin berpikir lebih dalam lagi. Mencoba mengaitkan pemikiran saya dengan pengamatan terhadap situasi dan realita sehari-hari di sekolah maupun lingkungan sekitar saya, juga terhadap para rekan-rekan sekerja saya yang notabene menyebut dirinya guru, saya dihadapkan pada suatu fenomena (atau bolehkah kalau saya sebut realita?) bahwa banyak juga orang yang menjadi guru karena terpaksa (bisa jadi salah satunya adalah rekan saya. Dan sebagaimana segala sesuatu yang dilakukan dengan terpaksa tidaklah baik adanya, maka demikian pula halnya dengan ”guru” yang terpaksa ini. Otomatis apa yang mereka lakukan juga tidaklah dengan sepenuh hati dan hasilnya tentulah tidak bisa maksimal. Bukan bermaksud menghakimi, tetapi jika segala sesuatu yang kita lakukan selalu diukur dengan uang, apakah itu akan membuahkan hasil yang maksimal?

Bukannya saya sok idealis dan sok tidak butuh uang, tetapi selama kita sudah melakukan bagian kita, yaitu mengajar dan membimbing anak didik kita dengan semaksimal mungkin dan sepenuh hati, maka Tuhan-lah yang akan memenuhkan dan mencukupkan kebutuhan kita. Saya yakin itu selain karena itu tertulis di Alkitab, juga karena hal itu telah terbukti dan terjadi di kehidupan saya. Alangkah indah dan baiknya seandainya semua guru bisa dengan sepenuh hati dan penuh kebanggaan bisa berkata, ”YA, saya menjadi guru karena itu PILIHAN saya. Bukan karena tidak ada pilihan lain atau daripada tidak bekerja, tetapi karena itu adalah panggilan saya dan saya bangga dengan hal itu."

Seandainya........

2 comments:

  1. Jd bisa masuk kedunia anak2 karena apa mba? Prnah jd sukarelawan kah lalu benar benar suka sama dunia anak anak tk?

    ReplyDelete
    Replies
    1. karena suka sama dunia anak2.... bahkan sampe sekarang saya masih mengajar anak2 usia 3 tahun

      Delete

yang mau komen, monggo, silahkan....tidak dipungut bayaran